Selasa, 01 November 2011

It's Me

Inilah aku. Yunita Dwi Rustina. Aku bingung dengan diriku sendiri, aku memiliki kepribadian ganda (?)

Aku lahir di Jakarta, 16 tahun yang lalu. Aku mempunyai seorang kakak perempuan yang bedanya 8 tahun diatasku. Aku terlahir dalam keluarga bahagia. Bahagia? Ya, mungkin saat aku lahir memang semua sedang bahagia. Tapi itu dulu, berbeda dengan sekarang.

Kebahagiaan itu telah hilang, pergi entah kemana.

Keluarga ku bukanlah keluarga berada yang memiliki segalanya. Keluarga ku hanyalah keluarga kecil yang hidup pas-pasan. Percaya atau tidak, keluargaku tidak mempunyai rumah. Sejak dulu aku tinggal dirumah nenekku yang sudah seperti ‘neraka’. Atau menjadi keluarga kontraktor. Tapi aku tetap bahagia, karena keluargaku utuh.

Tapi kebahagiaan itu hanya beberapa saat aku rasakan. Beberapa tahun kemudian keluargaku mulai hancur, meski tetap utuh. Dan akhirnya, sesuatu yang tidak seorangpun inginkan, terjadi padaku.

Keluarga ku benar-benar hancur saat ibuku memutuskan untuk ‘mengakhiri’ semua ini. Dan mengubah semua yang ada dihidupku. Kalian tau? Hari itu tepat saat ulang tahun kakakku yang ke 19, 5 tahun yang lalu. Saat itu aku yang masih berumur 11 tahun, tidak begitu mengerti apa yang terjadi. Yang aku tau, aku tetap tinggal dengan ibuku disebuah ‘neraka’- yang entah kapan aku bisa keluar dari sini- dan menjalani hidup seperti dulu, meski kini tanpa seorang ayah.

Tapi kemudian hari itu datang. Hari dimana aku mulai merasakan semuanya. Hari dimana aku mulai mengerti apa yang terjadi selama ini. Hari dimana aku melihat kehangatan dan keharmonisan sebuah keluarga, sesuatu yang sudah tidak ku rasakan lagi. Aku iri? Sangat. Setiap aku melihat ‘itu’, aku selalu berpikir, kenapa aku tidak pernah merasakannya lagi? Aku tersenyum getir, berusaha menahan sakit, menerima kenyataan bahwa aku tidak akan pernah merasakannya lagi.

Aku menyembunyikan semua rasa sakit itu. Aku tetap menjalani hidupku seperti biasa, sambil terus berusaha merasakan setitik kebahagiaan yang mungkin masih ada dihidupku. Berusaha memperbaiki hidupku yang telah hancur berantakan. Berusaha melupakan segala ‘kenangan buruk’ itu. Hingga tanpa kusadari, ‘kenangan buruk’ itu mengubah diriku menjadi lebih buruk atau lebih baik.

Ketika aku beranjak remaja, dan duduk disekolah menengah atas, aku mulai mengenal dunia, mengenal bagaimana kejamnya dunia. Dan saat itu pula sisi negative dari ‘kenangan buruk’ itu menyeruak. Aku mulai penasaran dan ingin merasakan bagaimana ‘dunia luar’ itu. Bahkan aku berpikir ingin pergi ke pub, ingin merasakan bagaimana pergi dimalam hari, bagaimana yang dinamakan clubbing itu, dan bagaimana rasanya wine itu. Disaat aku mulai ‘terjerumus’ ke lubang yang salah, aku mempunyai teman-teman yang selalu mengingatkan aku, dan menuntunku kembali ke jalan yang benar. Yaa meskipun ga bener-bener amat -_-

Disaat sisi buruk ku muncul, sisi baik ku juga muncul. Aku berpikir 2 kali untuk melakukan hal-hal buruk, berpikir bagaimana nasibku di masa depan jika aku melakukan hal-hal buruk, berpikir bagaimana perasaan ibuku yang telah membesarkan ku dengan susah payah. Aku hanya tau bagaimana ‘dunia luar’ bukan pernah merasakannya.

Terkadang, aku menjadi orang yang sangat sabar dan pengalah, tapi kadang menjadi orang yang emosional dan pemarah.

Sebagai anak bungsu, sifatku egois dan kekanak-kanakan, tapi tanpa kusadari, aku bisa berpikir dan bersikap dewasa.

Aku lebih suka memendam semua didalam hatiku, aku ga punya diary. Diaryku adalah hatiku.

Sebagian orang bilang aku cerewet, sebagian lagi bilang aku pendiam. Setiap orang yang baru bertemu aku pasti bilang aku jutek, pendiam, dan sombong.tapi pas udah kenal, mereka bilang sifatku berbeda 180 derajat.

Pada dasarnya aku memang pendiam. Aku hanya akan cerewet dan ‘gila’ sama orang yang udah dekat denganku.

Hatiku dingin. Sepi. Kosong. Dan seperti mati rasa. Awalnya aku mengabaikan semua perasaan itu, tapi semakin lama perasaan itu semakin besar dan kini menguasai diriku. Sifat ketidak pedulian ku terhadap orang lain semakin menjadi-jadi. Entah apa yang membuat perasaan itu semakin menguasaiku. Yang jelas, kini aku sangat merasakannya. Aku merasa sendiri. Sepi. Dan terluka.

Luka? Aku mempunyai luka dihati. Luka yang tidak setiap orang memilikinya. Hanya orang yang ‘bernasib’ sepertiku lah yang merasakan luka itu, merasakan bagaimana sakitnya luka itu. Aku rasa, luka itulah yang menyebabkan aku menjadi sekarang. Dingin dan tidak peduli. Luka yang selalu menganga, tanpa tau bagaimana cara menutupinya.

Hatiku kosong. Sepi. Itulah yang kurasakan. Disaat ramai pun aku selalu merasa sendiri.

Entah aku ini orang seperti apa. Aku sangat suka pemandangan, terutama pantai. Aku suka sesuatu yang gelap, aku rasa sama seperti jiwaku. Aku tidak suka keramaian, aku lebih suka sendiri. Aku juga suka senja, entah mengapa senja itu sangat indah dimataku. Aku suka pemandangan lampu-lampu kota pada malam hari. Aku suka sesuatu yang gelap, tenang, dan menyejukkan. Bukan, bukan gelap gulita. Tapi gelap dalam arti redup atau apalah. Tapi aku suka merah, bukankah merah itu sama sekali tidak redup? Entahlah.

Aku sangat lelah...

Aku lelah, lelah untuk bersembunyi. Lelah, untuk berpura-pura tegar dibalik jiwaku yang rapuh. Lelah, menyembunyikan air mataku dibalik senyumku. Lelah, menyembunyikan isak tangisku dibalik tawaku. Lelah... sungguh lelah..

Aku ingin sekali keluar dari keadaan ini. Aku lelah terus bersembunyi. Aku ingin, ingin ada seseorang yang mempu ‘menyelamatkan’ ku dari ‘kenangan buruk’ yang membuatku seperti ini.

Inilah aku, sulit di mengerti, bahkan aku sendiri pun tidak mengerti bagaimana aku. Bagaimana sifatku. Dan bagaimana hidupku...

Ini hanyalah cerita ku. Cerita tentang ke kosongan yang menimpaku. Dan ketika aku terbangun dari tidurku esok hari, aku selalu berharap aku bisa terbangun dalam kebahagiaan. Kebahagiaan yang selalu aku impikan. Kebahagiaan yang dulu pernah aku miliki...




-ydr-

Tidak ada komentar: