Rabu, 09 Mei 2012

ELF's LOVE

ELF's LOVE 
When I know you
When I loved you
When I want to you be mine
When I know its impossible
When you come to my country
Then I met you
When you gone again from me...
***
Angin berhembus kencang sore hari ini. Awan yang terlihat mendung dan petir yang menyala membuat sebagian orang memilih berdiam didalam rumah. Hari ini cuaca sangat tidak bersahabat, sejak tadi pagi matahari tidak memunculkan dirinya yang bersinar terang.
Tes...
Setitik air terjatuh dari langit, dan disusul oleh rintikan air lainnya. Orang-orang yang sedang berjalan langsung berlari mecari tempat untuk berteduh. Berbeda dengan gadis itu. Seorang gadis yang sejak tadi terduduk diam disebuah taman, tidak bergeming walau gerimis mulai membasahi tubuhnya.

Elfina POV
Tes...
Aku merasakan setitik air membasahi tanganku. Aku mendongak, menatap langit yang sudah sangat mendung dan tak lama rintikan air lainnya pun turun. Air air itu semakin deras. Aku masih mendongak, merasakan dinginnya gerimis itu menyentuh wajahku. Gerimis itu berubah menjadi hujan, hujan deras. Aku tidak bergerak sedikitpun, membiarkan air hujan ini membasahi tubuhku dan juga menyamarkan air mataku.
Aku ingat bagaimana malam itu ELF menangis, tidak ingin mereka pergi. ELF menginginkan mereka tetap disini, berada di negara yang sama dengan kami. Dan kurasa saat itu langit juga bisa merasakan perasaan ELF. Langit  mewakili tangisan ELF yang tidak bisa bertemu dengan mereka, tangisan ELF yang tidak ingin mereka pergi. Karena mereka pergi di iringi dengan hujan yang cukup deras.
Sudah seminggu semenjak mereka pergi. Pergi? Kurasa itu berlebihan. Mereka bukan pergi, hanya kembali ke negara asal mereka.
Air mataku semakin deras mengingat itu semua. Mereka memang tidak mengenalku, tapi aku mengenal mereka. Mereka tidak mencintaiku, tapi aku mencintai mereka. Tidak. Mereka mencintaiku, karena mereka mencintai ELF.
"Elf! Apa yang kau lakukan disini? Aku mencarimu sejak tadi. Ternyata kau malah duduk disini. Kenapa tidak berteduh? Hujan sangat deras!"
Samar-samar, aku mendengar suara seseorang yang berbicara padaku. Suaranya tidak terlalu jelas, karena tersamarkan oleh suara hujan ini. Aku yang masih mendongak, tiba-tiba melihat sebuah payung transparan ada diatas kepalaku, melindungiku dari sentuhan air hujan. Aku menoleh, mendapati Aiden sudah berdiri disampingku dengan sebuah payung ditangannya.
Apa yang kau lakukan disini? Tanyanya lagi. Kenapa matamu merah? Kau menangis? Aiden memajukan tubuhnya untuk melihat lebih jelas mataku yang masih mengeluarkan airmata.
Aku menunduk. Menutupi wajahku dengan kedua tanganku dan mulai menangis lagi. Aku merasakan sebuah tangan melingkar di punggungku, menarikku kedalam pelukan.
Aku.. Tidak ingin mereka pulang, Aiden... Kataku disela sela tangisanku.
Aiden tidak menjawab. Ia hanya memelukku, berusaha menenangkanku. Aku mendongak, menatap wajahnya. Aiden menggeleng, memberikanku isyarat untuk berhenti menangis.
Kau tidak ingin mereka pulang, Elf? Aku hanya mengangguk, Aiden menghela nafas mengerti. Elf, kalau kau menahannya disini, lalu bagaimana dengan mereka? Bagaimana dengan keluarga mereka? Bagaimana mereka menciptakan hal-hal baru yang menakjubkan?
“Apa mereka tidak bisa menciptakan hal yang menakjubkan disini?” tanyaku seperti orang bodoh.
“Ini bukan negara mereka, Elf. Mereka baru 2 kali datang kesini. Negara kita dan negara mereka berbeda, mungkin saja mereka belum terbiasa disini. Disini panas, disini tidak ada salju, disini tidak ada musim gugur. Disana ada, dan mereka sudah terbiasa dengan itu semua. Bagaimana kalau mereka merasa tidak nyaman?” Aku menyimak setiap kata yang di ucapkan Aiden. Laki-laki itu mengusap air mataku yang masih sedikit mengalir.
“Aiden, kepulangan mereka seperti membawa sebagian nyawaku...”
“Aku tau, kalian, ELF, sangat mencintai mereka. Kalian tidak ingin mereka pulang, kalian ingin mereka tinggal disini. Lalu bagaimana dengan mereka? Apa mereka juga seperti itu?” Aiden memenggal kata-katanya.
“Menahan mereka, tidak merelakan mereka pulang itu akan menjadikan beban pada mereka. Kau tau bukan rasanya bagaimana kau ingin pergi tapi ada yang tidak merelakanmu? Seharusnya kau merelakan mereka, buat perjalanan mereka menjadi nyaman. Iringi kepulangan mereka dengan senyuman bukan dengan tangisan.” Aiden meremas lembut kedua pipiku dengan tangan besarnya.”Dan lagi... kalian merelakan mereka pulang bukan berarti kalian tidak mencintai mereka. Dan bukan berarti juga mereka pulang karena mereka tidak mencintai kalian. Karena kalian, ELF dan Super Junior, saling mencintai.” Aiden tersenyum lembut dan penuh pengertian. “Sekarang yang perlu kalian lakukan adalah mendoakan yang terbaik untuk Super Junior, Superman kalian. Berikan mereka cinta, doa, senyuman, dan kekuatan. Buktikan pada dunia bahwa kalian adalah keluarga besar yang saling mencintai.”
Aiden tersenyum. Senyuman dan tatapan matanya sangat lembut dan penuh pengertian. Aku menatap dalam matanya, sangat teduh dan ada kejujuran dan keyakinan disana. Kata-katanya, senyumannya, dan tatapannya mampu membuat hatiku tenang.
Dan tiba-tiba saja bayang wajah mereka yang sedang tersenyum melintas dibenakku. Senyum yang kulihat dari foto-foto, video, atau sewaktu aku melihat mereka secara langsung. Senyuman yang begitu tulus, begitu manis, begitu gembira. Dan tanpa sadar aku juga ikut tersenyum.
Hujan sudah berhenti. Sedikit demi sedikit matahari mengeluarkan cahanya dan membiaskannya menjadi warna-warna indah di langit, pelangi.
“Lihat! Ada pelangi!” Aiden berteriak kegirangan saat melihat pelangi tersebut. Laki-laki ini, wajah dan sifatnya sangat mirip dengan Donghae Oppa. Bahkan namanya pun sama dengan Western-name Lee Donghae.
Aku dan Aiden tertawa bersama, menikmati sore hari ini dengan senyuman.
Terima kasih, Aiden. Kau telah menyadarkanku dari keegoisanku.
Terima kasih, E.L.F. Karena kalian telah mengajarkanku, bagaimana caranya mencintai Superman kita dengan tulus.
Dan terima kasih, Super Junior. Atas segala kebahagiaan yang telah kalian berikan pada kami.

I’M PROUD TO BE E.L.F
















@yunitaadr