Selasa, 01 November 2011

DIA

Rasa ini sudah muncul sejak lama

Sejak aku pertama kali melihatmu

Melihat senyum mu yang mampu membuatku ikut tersenyum

Bahagia rasanya merasakan itu semua

Namun kini perasaan itu hancur begitu saja saat kau pergi

Kau pergi bersama gadis yang kau cinta

Meninggalkan ku disini bersama semua anganku

Tapi percayalah, aku akan selalu mencintaimu

Dan kau akan selalu ada disini, di sudut terdalam hatiku...

***

Liliyana POV

Aku terdiam sambil terus membaca buku pelajaran dihadapan ku. Berusaha menghilangkan semua pikiranku tentangnya. Aku berusaha berkonsentrasi pada buku dihadapanku. Tapi aku tidak bisa, aku terus memikirkannya.

Di depanku ada 2 sahabatku, Vita dan Greys. Kami sedang berkumpul di kelas ku. Tidak biasanya kami terdiam seperti ini mengingat kami adalah manusia yang tidak bisa diam. Tapi kali ini kami hanya diam. Aku yang sibuk dengan buku ku dan segala pikiran ku, dan mereka sibuk dengan pandangan iba terhadapku. Aku tau mengapa mereka seperti itu. Aku tau semuanya...

Lo gapapa?” Suara Vita memecah keheningan diantara kami. Aku tau dia bertanya padaku.

Emang gue kenapa?” Tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku dari buku.

Lily...” Vita memegang tanganku. “Sejak kapan lo tau?” lanjutnya. Aku mendongak menatap wajahnya.

Gue udah tau dari seminggu yang lalu, Vit.” Jawabku seraya kembali menatap buku dihadapanku.

Lo tau dari mana?” kali ini Greys yang bertanya.

Lo lupa? Tetangga gue kan temennya Hendra, yaa meskipun bukan temen deket.” Jawabku sambil terus membaca. Aku berusaha agar mereka tidak melihat mata ku, mata ku yan semakin menyipit karena kebanyakan menangis, mata ku yang memancarkan kesedihan luar biasa.

Kenapa lo ga cerita?”

Buat apa? Apa itu berita penting?” Aku balik bertanya. Terdengar helaan nafas berat dari mereka. Aku mengingat kejadian seminggu yang lalu didepan rumahku.

Flashback

Haaah... hari ini panas sekali. Aku berjalan buru-buru ke rumahku yang sudah ada didepan mata. Aku membuka pagar rumah, dan bersiap-siap untuk masuk saat aku mendengar seseorang memanggil namaku. Ah dia Shendy. Ku lihat dia berjalan terburu-buru dari rumahnya yang berada tepat disamping rumahku.

Kenapa?” Aku menoleh kearahnya.

Gue ada berita penting!” Serunya.

Berita apa?” Aku tau, ini pasti tentang Hendra.

Hendra sama Sansan mau nikah!” Jawabnya. Mataku terbelalak, terkejut? Tentu saja! Bagaimana tidak terkejut, mendengar orang yang selama 2 tahun ini mengisi hatiku, tiba-tiba saja mendapatkan kabar bahwa dia akan menikah bersama gadis yang dia cintai.

Nikah?” Hanya itu yang keluar dari mulutku. Aku berkata pelan, bahkan nyaris seperti bisikan.

Iya. Sansan hamil, makanya mereka nikah buru-buru. Minggu depan mereka nikah.” APA?! Sansan hamil?! Ini yang ngebuat aku lebih kaget lagi. Sansan hamil dan... Hendra ayah dari bayi itu?

Hah? Hamil? Serius? Sama... Hendra?” Suaraku memelan di dua kata terakhir.

Iya. Gue juga baru dapet kabar tadi. Yang sabar ya, Ly. Banyak cowok yang lebih baik dari Hendra kok.” Shendy menepuk-nepuk bahuku, berusaha memberikan semangat padaku. Aku hanya tersenyum pedih.

Liat nanti aja, Kak. Gue masuk dulu ya.” Shendy hanya mengangguk. Aku buru-buru masuk kedalam dan menangis sepuasnya dikamar ku. Aku berharap ini hanya mimpi, tapi tidak, ini kenyataan. Kenyataan yang sangat pahit.

Flashback end.

Aku memang sengaja tidak memberitau mereka berdua. Aku tidak ingin memperlihatkan kesedihanku. Mereka baru tau kemarin, itu juga dikasih tau sama Alvent, pacar Vita yang juga teman Hendra.

Tes... setitik air terjatuh diatas buku ku. Buru-buru aku menghapus air mata yang mengalir di pipiku. Tapi mereka tetap tau kalo aku menangis, mereka pindah ke sampingku dan memelukku. Aku menutup mulut ku, agar isak tangisku tidak terdengar oleh orang lain. Ini masih belum cukup, hatiku terlalu sakit.

***

Aku mematut pantulan diriku di kaca. Aku menatap wajahku lekat-lekat, memastikan apakah wajahku terlihat baik-baik saja. Aku menambahkan make up diwajah ku agar wajah pucat ku tidak terlihat. Terdengar pintu kamar ku diketuk oleh seseorang, dan tak lama munculah tubuh tinggi Vita dari balik pintu.

Udah siap?” tanyanya pelan. Aku hanya mengangguk. “Lo yakin?” tanyanya lagi seraya memperhatikan wajahku. Lagi-lagi aku hanya mengangguk pelan.

Lo cantik banget, Ly.” Tiba-tiba Greys masuk ke kamar.

Thanks.” Hanya itu jawabanku seraya tersenyum ke arah Vita dan Greys, senyum ke pedihan.

Ya udah ayo berangkat. Alvent udah nunggu dibawah.” Aku segera mengambil kunci mobil yang berada diatas meja dan mengikuti mereka keluar dari kamar ku. Sebenarnya Vita dan Greys melarangku bawa mobil sendiri hari ini, tapi aku memaksa dan akhirnya mereka mengalah dan memperbolehkan ku.

***

Sekarang aku disini, duduk bersama undangan yang lain. Sebentar lagi 2 orang anak manusia akan mengucapakan sumpah didepan altar. Gereja ini didesaign sedemikian rupa, sederhana namun terlihat mewah. Tak lama dentingan piano berbunyi menandakan kalau acara akan segera dimulai. Dan masuklah sepasang calon pengantin yang terlihat sangat serasi. Mereka berjalan bersama menuju altar. Mataku tidak berhenti menatap sang laki-laki. Aku tidak ingin melewatkan sedetikpun dari gerak-geriknya.

Dia, Hendra Setiawan. Dia, orang yang selama 2 tahun ini mengisi hatiku. Dia, orang yang aku sukai saat pertama aku masuk SMA. Dia, orang yang membuatku tidak mampu melihat laki-laki lain. Dia, yang membuat cintaku bertepuk sebelah tangan. Dia, yang selalu bisa membuatku tersenyum hanya dengan mengingatnya. Dan dia juga, yang mampu mebuat hatiku hancur berkeping-keping. Tapi dia, orang yang selamanya mendapatkan tempat spesial di hatiku...

Aku mencintaimu, Hendra. Semoga kau bahagia dengan kehidupan barumu...



-ydr-

Tidak ada komentar: