Minggu, 12 Desember 2010

VITA MARISSA & LILYANA NATSIR

Tim putri Indonesia memang akhirnya belum berhasil merebut Piala Uber dalam pertandingan di Jakarta, Mei lalu. Namun, perjuangan mereka tetap mendapat acungan jempol. Selain karena berhasil menembus babak final (melampaui target untuk masuk semifinal), mereka sudah menunjukkan permainan maksimal. Bintang malam itu adalah pasangan ganda Vita Marissa (27) dan Liliyana Natsir (22), yang membuat ganda terkuat dunia, Yang Wei dan Zhang Jiewen kewalahan.

Yang Wei salut pada mereka, “Tak menyangka mereka main segemilang itu,”. Lalu dalam pertandingan Indonesia Open 2008 Pada Juni lalu, Vita dan Liliyana berhasil merebut gelar juara ganda putri. Prestasi itu menaikkan peringkat pasangan yang baru ‘dijodohkan’ ini, dari peringkat sembilan ke peringkat enam Federasi Bulutangkis Dunia (BWF).

‘Produk’ Satu Klub

Mereka berdua lahir dari kub bulutangkis yang sama, yakni PB (Persatuan Bulu Tangkis) Tangkas, salah satu klub bulu tangkis terbesar di Jakarta, yang menelurkan banyak pebulu tangkis andal, seperti Hendrawan dan pasangan Ricky Subagja-Rexy Mainaki. Namun pertemuan pertama mereka justru terjadi di pelatnas (pemusatan latihan nasional), setelah Liliyana Bergabung tahun 2002, sementara Vita masuk pelatnas sejak 1996.

Vita memang tergolong atlet senior. Wanita kelahiran Jakarta, 4 Januari1981 ini mengaku sudah jatuh cinta pada bulu tangkis sejak umur 6 tahun. “Saat itu saya juga diperkenalkan pada jenis olahraga lain, seperti renang dan tenis meja. Tapi saya lebih tertarik pada bulu tangkis,” ujar Vita, yang dibesarkan sendiri oleh ayahnya, Aris Harsono, sejak usia 9 bulan.

Di usianya yang ke-8, sang ayah mendaftarkannya ke sebuah klub bulu tangkis dekat rumah. Di klub itulah Vita melatih kemampuannya setiap pulang sekolah. Melihat keseriusan Vita, ayahnya berinisiatif memasukannya ke PB Tangkas. Tiga tahun kemudian Vita direkrut oleh pelatnas sebagai pemain nasional.

Berbeda dengan Vita, perjalanan karier Liliyana (atau yang akrab disapa Butet atau Yana), terbilang unik. Ia tergabung di di PB Tangkas secara tak sengaja. Lulus dari bangku sekolah dasar di Manado, ia bersama beberapa anggota keluarganya berlibur ke Jakarta. “Tiba-tiba mama nawarin saya ikut tes masuk PB Tangkas. Tak disangka, saya lulus,” ujar wanita kelahiran Manado, 9 September 1985, ini. Pasalnya, meski sering berlatih bulutangkis, semua itu dijalaninya sebatas hobi.Buntut dari kelulusan itu, mamanya meminta Liliyana menentukan pilihan : antara sekolah atau bulu tangkis. Rupanya ia kadung cinta pada bulu tangkis sejak kecil. Lima tahun mengasah kemampuan di klub itu, barulah akhirnya Liliyana ditarik masuk pelatnas.

Jalan mulus, jalan berliku

Sebelum resmi berduet, Vita dan Liliyana sudah memiliki catatan perjalanan karier masing-masing. Karier Liliyana terbilang mulus. Saat dipasangkan dengan Nova Widianto sebagai ganda campuran di tahun 2003, Liliyana langsung menorehkan banyak prestasi membanggakan. Di antaranya, Juara Dunia 2005 dan 2007, serta peringkat pertama dunia saat ini (2008).

Sementara itu, catatan perjalanan Vita lebih panjang dan berliku. Sebelum berpasangan dengan Liliyana, sudah beberapa kali ia dipasangkan dengan atlet wanita lain, salah satunya Deyana Lomban. Bersama Deyana, Vita pernah menempati peringkat pertama dunia tahun 1999. Di sektor ganda campuran, Vita juga pernah berpasangan dengan Nova Widianto, sebelum akhirnya ‘dinikahkan’ dengan Flandy Limpele. Meski kala itu keduanya tercatat sebagai ganda campuran terkuat Indonesia yang sarat prestasi (di antaranya gelar Juara Asia 2003, Jepang Terbuka, dan Singapura Terbuka 2004), PBSI terpaksa menceraikan mereka di tahun 2005.

“Penyebabnya, saya mengalami cedera pada bahu kanan saat bermain di Malaysia Terbuka 2004, sehingga memaksa saya beristirahat untuk menunggu saya pulih,” kata Vita. Saat itulah Nova dipasangkan dengan Liliyana.

Usai menjalani operasi, Vita sempat mengalami keterpurukan. beberapa kali dipasangka dengan pemain putra, seperti Devin Lahardi dan Anggun Nugroho, ia gagal mengulang kesuksesannya. Hal itu sempat membuatnya frustasi, hingga memutuskan mundur dari dunia bulu tangkis. Bahkan , ia sudah mengutarakan niat itu kepada pelatihnya, Richard Mainaky.

Namun seolah tidak rela jika salah satu anak didik kebanggaannya mundur, Richard menawari Vita untuk berpasangan lagi dengan Flandy. Tak disangka, dalam permainan pertama mereka di Jepang Terbuka 2006, pasangan ini berhasil keluar sebagai juara. Mereka mengalahkan rekan senegaranya sendiri yang justru jadi unggulan pertama, yakni Nova Dan Liliyana.

Bagi Vita, itulah kemenangan paling mengesankan. “Bisa dibilang, itu menjadi awal baru karier saya. Karena usai operasi, banyak yang meremehkan kemampuan saya,” ungkapnya. Selanjutnya, kemenangan demi kemenangan (antara lain Singapura Open 2007, Taiwan Open 2007, Dan Kejuaraan Asia 2007 Di Malaysia) mengantarkan mereka di peringkat empat dunia saat ini.

Ambisi di olimpiade

Vita dan Liliyana bercerita, sebelum dipasangkan PBSI, mereka sudah lama ingin bermain bersama. “Sebelumnya, tiap ada pertandingan ke luar negeri, kami selalu tinggal dalam satu kamar, sehingga saling merasa cocok,” kata Vita. Setelah sukses menjalani pertandingan uji coba di Superliga Bulu Tangkis 2007, Vita Dan Liliyana dikirim ke turnamen internasional pertama mereka, yakni China Super Series 2007. Hebatnya, mereka langsung berhasil menjadi juara. “Selama beberapa menit setelah kemenangan itu, saya sempat tidak percaya’” ujar Liliyana.

Kemenangan itu menjadi berkesan, karena mereka merupakan pasangan baru yang sama sekali tidak diunggulkan. Selain itu, mereka berhasil membukukan kemenangannya atas tim kuat China, Pan Pan dan Tin Qing di negara mereka sendiri. “Istilahnya, ketika itu kami berhasil menang melawan macan, di kandang macan itu sendiri,”ujar Vita, sambil tertawa. Dalam waktu kurang dari setahun, mereka menjadi pasangan terbaik Indonesia, menya;ip pasangan ganda putri yang sudah lebih dulu ada, seperti Jo Novita-Greysia Polii dan Rani Mundiasti-Endang Nursugianti.

Kesuksesan mereka di ganda putri membuat mereka melupakan perannya di ganda campuran. Pada Olimpiade Beijing bulan Agustus mendatang, keduanya sepakat akan lebih memfokuskan diri di ganda campuran (Vita dan Liliyana sama-sama akan terjun di dua partai; ganda putri dan ganda campuran). “Melihat peringkat dunia saya di ganda campuran, sepertinya peluang menang akan lebih besar’” ujar Liliyana. “Apalagi PBSI juga memberi kami target juara di ganda campuran dibanding ganda putri,” tambah Vita.

Namun keduanya tidak ingin terbebani oleh target. “Suatu kali, gara-gara merasa terbebani oleh target, saya justru gagal, karena tidak bisa bermain lepas saat berlagi di kejuaraan dunia di Madrid tahun 2006,” ungkap Liliyana. “Sebaiknya, jika bermain tanpa beban. Kami justru bisa mengerahkan kemampuan maksimal. Contohnya ketika bermain di China Super Series 2008,” imbuh Vita.

Suatu hal yang pasti, dari pertandingan apa pun, mereka berambisi merebut emas di olimpiade. Bagi Liliyana, ini kesempatan pertamanya mengikuti ajang olahraga bergengsi itu. Bagi Vita, ini kesempatan untuk menebus kegagalan di Olimpiade Athena 2004.

Sahabat yang baik

Meski belum benar-benar pasti, Vita berencana mundur usai olimpiade. Menanggapi rencana itu, Liliyana merasa sedikit tidak rela. “Saya tidak hanya akan kehilangan pasangan main hebat, tapi juga sahabat yang penuh pengertian. Vita punya teknik permainan yang cerdas. Hal itu terlihat dari penempatan bola yang bagus dan mematikan,” puji Liliyana. Vita tidak mau kalah, “Jumping smash butet sangat bagus. Dan, hal yang paling saya suka, ia adalah pekerja keras. Semangatnya sangat besar,” sanjung Vita.

Di luar lapangan, mereka dikenal cukup dekat. Diakui Vita, inilah yang menjadi salah satu resep kekompakan mereka di lapangan. Di sela jadwal latihan yang csangat padat, tak jarang mereka menghabiskan waktu santai bersua. Aktivitas yang mereka pilih adalah main biliar. “Kami berdua memang sama-sama senang main biliar. Kalau sudah main berdua, bisa lupa waktu,” Ujar Vita. Sifat tomboi keduanya juga membuat mereka saling cocok. “Kami sama-sama tidak suka dan tidak punya koleksi rok di dalam lemari,” ujar Vita.

Saat ditanya soal kekasih, keduanya kompak menjawab, “Belum kepikiran tuh,”. Keduanya khawatir, kehadiran pria akan mengganggu konsentrasi mereka di pelatnas. “Namanya orang pacaran kan pasti ada saja masalahnya,” ujar Liliyana, yang masih ingin lebih lama menikmati kebebasannya.

“Mungkin nanti, setelah keluar dari pelatnas, saya batu bisa konsentrasi mencari kekasih. Kalau bisa, sih, inginnya dapat pasangan pria asing,” ujar Vita, tersenyum malu.
best friend..forever... :)

Tidak ada komentar: